latest Post

Mulutmu Harimaumu, Jarimu pedangmu

oleh : Shafa Nurul Fadhillah

Hai ashabi jashtis! Kaifa haluk? Bi khair? Alhamdulillah.. dunia baru-baru ini digemarkan oleh berita bunuh diri artis korea Sulli dikarenakan mengalami tekanan akibat komentar pedas netizen selama beberapa tahun terakhir.

Wah, bahaya banget ternyata hanya gara-gara mengetikkan sesuatu di laman komentar dapat mengakibatkan nyawa melayang. Begitu dahsyatnya kata-kata dapat menjatuhkan mental seseorang, merusak nama baik, bahkan yang paling mengerikan ketika seseorang berencana mengakhiri hidupnya.

Belajar dari suatu pertistiwa, diharapkan setiap insan dapat mengambil pelajaran dibalik peristiwa tersebut. Betapa berpengaruhnya kata-kata yang dilontarkan kepada orang lain. Ironisnya, ketika ada seseorang yang merasa tersinggung terhadap ucapan orang lain tidak jarang kata “baper” dilontarkan kepada orang tersebut. Entah niatnya bercanda atau tidak, mungkin saja kata-kata tersebut memang benar menyakiti orang lain tanpa kita sadari dan menjadikan kata baper sebagai “tameng” agar orang tersebut memaklumi perkataannya.

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada kita agar ketika berbicara jangan sampai menyakiti orang lain. Betapa Allah mengatur segala sesuatu begitu sempurna disetiap aktifitas manusia termasuk mengatur hubungan kita antara sesama manusia dalam berkomunikasi sebagai sarana ukhuwah. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)


Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran bahwa, apabila seserang ingin mengatakan sesuatu, akan lebih baik jika dipikirkan terlebih dahulu sebelum mengucapkannya. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga perasaaan orang lain agar tidak terluka dengan ucapan kita.

Di era modern sekarang, seseorang lebih banyak berkecimpung di dunia maya. Entah sadar ataupun tidak, barangkali jari jemari kita mengetik komentar atau suatu tulisan yang dapat menyakiti perasaan orang lain atau bahkan bisa jadi memutus silaturahmi seseorang.

So dear, hanya karena kita ikut-ikutan atau mungkin niatnya hanya bercanda atau barangkal ada maksud lain dibalik itu semua kemudian kita menjadikan diri kita sendiri sebagai “pembunuh paling ampuh”. Yuk mulai sekarang, sama sama belajar utnuk tidak menyakiti orang lain dengan lisan kita. Jika lisan kita belum bisa berucap kebaikan, diam lebih mulia daripada mengucapkan kata-kata yang kurang baik..

Sebelum mengakhiri tulisan ini, ada kutipan menarik tentang tema ini.


Pepatah mengatakan terpelesetnya kaki jauh lebih baik daripada terpelesetnya lisan. Karena mengobati luka yang timbul dari lisan tak cukup mudah untuk dobati diandingkan organ tubuh yang lainnya, meski terkadang secara lahirnya telah memberi maaf, namun terkadang memaafkan bukan berarti melupakan apa yang terjadi –bincangsyariah.com–

Sekian cerita kita kali ini. terimakasih untuk pembaca yang budiman. Seomoga kita senantiasa dapat mengontrol lisan kita ☺

Wallahu a’lam bishshowab.

Jazaakumullah khair.

About Aam

Aam
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts