latest Post

Allah Memang Lihat Usaha, Tapi Kita Perlu Pantau Hasil

Oleh : Edgarhamas
Ketika suatu kali kamu tak berhasil melakukan sesuatu, atau kamu melakukannya tapi tak sesuai dengan ekspektasi yang kamu kira, biasanya ada nasihat yang terloncat dari siapapun di kanan kirimu, “Tenang aja, Allah lihat usahanya kok, bukan hasilnya.”

Alhamdulillah, bersyukurlah jika ada orang-orang yang mengingatkan kita untuk menetralkan diri dari keterpurukan di masa kritis seperti itu. Betul, memang Allah melihat usaha kita, tak lihat sukses atau gagalnya hasil yang kita peroleh. “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin” (At Taubah 105)
Tapi, jangan sampai kamu lalu manggut-manggut saja dan tak lihat hasil dari setiap perbuatan baikmu. Urusan pahala, Allah melihat dari usaha kita. Tapi, jangan lupa untuk mengukur hasilnya; apakah kebermanfaatannya berlipat ganda, atau memang usaha kita sejauh ini masih kerja sekadar kerja tanpa ilmu memadai?

Seorang Ustadz Mesir suatu hari memberi saya kaidah, “if'alu al khaira bil muqabil”, lakukanlah perbuatan baik dengan menghitung feedback-nya.

Wah? Masa kita disuruh memikirkan imbalan dari perbuatan baik kita?

Ternyata bukan itu maksud Ustadz ini. Beliau menjelaskan,lakukanlah perbuatan baik, yang jika kamu melakukannya dan lelah karenanya, ada kebermanfaatan yang berlipat juga untuk dakwah dan agama Allah.”

“Jangan sampai”, kata beliau, “kamu kerja banting tulang, siang malam dan penuh peluh tapi hasilnya untuk dakwah tak sebanding. Itu namanya merugikan dirimu sendiri dan merugikan umurmu. Dalam ilmu perang, namanya "pyrrhic victory”, menang tapi terlalu banyak korban. Menang tapi rasanya kalah.

Kenapa kita perlu lihat hasil? Agar kita mengevaluasi apakah yang kita lakukan selama ini efektif dan efisien? Adakah cara yang memudahkan kita mendapatkan hasil lebih besar dengan modal tenaga lebih kecil? Adakah ruang-ruang inovasi yang bisa kita isi yang belum ditemukan oleh orang lain?

Dalam sejarah, ada contohnya. Anak muda dalam kisah Ashabul Ukhdud rela mati, rela gugur mengorbankan nyawa di tangan raja Dzu Nuwas. Tapi ia melakukannya dengan feedback; wafatnya menginspirasi seluruh penduduk kota untuk beriman pada Allah Mahaesa.


Al Barra bin Malik, ia rela dilempar ke dalam benteng Musailamah Al Kadzab dan membuka benteng seorang diri. Ada 70 tusukan di badannya yang mungil, tapi tentu ia melakukannya dengan memperhitungkan feedback; kemenangan Kaum Muslimin melawan nabi palsu.

Allah memang lihat usaha, tapi kita perlu mengukur efektivitas hasilnya, demi aksi kebaikan lebih efisien selanjutnya.

About Aam

Aam
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts