Riya adalah melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya. Secara etimologis riya berakar dari kata ra-a, yara (melihat), ara-a, yuri-u (memperlihatkan). Jadi pada dasarnya seorang yang riya adalah orang yang ingin memperlihatkan kepada orang lain kebaikan yang dilakukannya. Niatnya sudah bergeser, bukan lagi mencari keridhaan Allah, tapi mengharapkan pujian orang lain. Sifat riya adalah sifat orang-orang munafik. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa' 4: 142:
Artinya:Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Rasulullah
shalallahu 'alaihi wa sallam menamai riya' dengan syirik kecil. Dan
beliau paling mengkhawatirkan syirik kecil itu terjadi pada umatnya.
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil”. Sahabat bertanya: “Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Riya.” (HR. Ahmad)
Riya atau syirik
kecil akan menghapus pahala amalan seseorang. Dalam sebuah hadits
yang panjang Rasululalah shalallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan
bahwa di akhirat nanti ada beberapa orang yang dicap oleh Allah
subhanahu wata'ala sebagai pendusta, ada yang mengaku berperang di
jalan Allah hingga mati syahid, padahal dia berperang hanya karena
ingin dikenal sebagai seorang pemberani, ada yang mengaku mempelajari
ilmu pengetahuan, mengajarkan dan membaca Al-Qur'an karena Allah,
padahal dia hanya ingin dikenal sebagai orang 'alim dan qari', ada
yang mengaku mendermakan hartanya untuk mencari ridha Allah, padahal
dia hanya ingin disebut dermawan. Amalan semua orang itu ditolak
Allah dan mereka dimasukan ke dalam neraka.
Dalam surat
Al-Baqarah ayat 264 dan 265 Allah subhanahu wata'ala membandingkan
amalan karena riya dan amalan yang ikhlas mencari ridha Allah
semata-mata dengan dua buah perumpamaan. Pertama, amalan shaleh
seorang diumpamakan dengan tanah yang dilekatkan kepada sebuah batu
licin. Sedikit demi sedikit tanah itu melekat hingga menutupi seluruh
batu. Lalu datang hujan lebat yang sebentar saja meluruhkan
tanah-tanah yang melekat itu, sehingga batu kembali menjadi licin.
Hujan lebat itulah perumpamaan riya'. Kedua, amalan shaleh yang
dilakukan dengan ikhlas ibarat sebuah kebun terletak di daratan
tinggi yang memang pada asalnya sudah subur, sehingga apabila
disirami hujan lebat dia akan bertambah subur. Bahkan dengan hujan
gerimispun dia akan tetap subur. Lengkapnya dapat dilihat pada ayat berikut:
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Artinya:
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Seperti yang sudah
dikemukaakan sebelumnya bahwa riya menyebabkan seseorang tidak tahan
menghadapi tantangan dan hambatan dalam beramal. Dia akan cepat
mundur dan patah semangat apabila ternyata tidak ada yang memujinya.
Dia akan cepat kehabisan stamina, nafasnya tidak panjang dalam
berjuang. Sebaliknya bila menerima pujian dan sanjungan dia akan
cepat sombong dan lupa diri. Kedua-duanya jelas merugikannya. Bereda
dengan orang ikhlas, tidak terbuai dengan pujian dan tidak patah
semangat dengan kritikan. Staminanya beramal dan berjuang kuat.
Nafasnya panjang. Dan lebih dari itu dia diridhai oleh Allah
Daftar Pustaka
Ilyas ,Yunahar,
Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI-UMY, 1999.
0 comments:
Post a Comment