“Wahai orang-orang yang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Terjemahan QS. Al-Hujurat [49] : 6).
Syukur alhamdulillah bahwa Allah tidak akan menyesatkan
hamba-Nya bila hamba-Nya mau mengikuti-Nya. Melalui perantara malaikat Jibril
kemudian diteruskan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Allah
menyampaikan segala firman-Nya yang sekarang dibukukan dalam bentuk mushaf untuk
memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia menuju akhirat (Surga). Di
dalamnya terdapat petunjuk yang mencerahkan manusia dari kegelapan menuju jalan
yang terang, tak terkecuali terjemahan ayat Al-Qur’an di atas yang menjelaskan
pentingnya untuk meneliti berita yang datang dari orang yang fasik.
Mungkin sangat mudah menentukan berita yang berasal dari
orang yang fasik pada zaman Rasulullah baik dari isi berita itu maupun orang
fasik yang menyampaikannya karena pada zaman itu masih Nabi Muhammad masih
hidup dan begitu dekat dengan orang-orang yang berada di sampingnya. Kita tahu
bahwa Nabi Muhammad dijuluki ‘Al-Amin (orang terpercaya)’ oleh masyarakat
Mekkah sehingga jika ada permasalahan terjadi pada masyarakat Mekkah, mereka
akan mengadukkan permasalahan itu kepada Nabi Muhammad. Beliau juga berlaku
adil, sehingga masyarakat Mekkah juga akan mengadukan masalah mereka kepada
beliau karena mereka tahu beliau memang orang yang paling adil.
Lalu bagaimana caranya menentukan berita yang berasal dari
orang fasik pada zaman sekarang dan tentunya juga Nabi Muhammad telah tiada?
Mungkin akan sulit menetukan orang fasik pada zaman sekarang. Ada dua kriteria
yang mungkin bisa jadi petunjuk, yaitu ada orang benar-benar memang fasik atau ada
orang yang terkena fitnah atau terkena hal yang buruk sehingga orang-orang yang
melihat/mendengar/mengenal orang itu, mengenalnya dengan buruk. Tentunya
kembali lagi pada terjemahan ayat Al-Qur’an di atas. Telitilah dalam menerima
berita itu baik dari tayangan telivisi, internet (website dan media sosial),
ucapan, bahkan kalau Anda bisa mengerti berita itu berupa isyarat, kode,
gerak-gerik, siasat, maupun teka-teki. Kemudian adukan atau laporkan berita itu
kepada orang yang berilmu sesuai dengan berita yang dilaporkan sehingga tidak terjadi
penyesalan. Maksudnya penyesalan di atas adalah merasa bersalah telah menyebarkan
berita itu yang belum benar kebenarannya sehingga akan sulit untuk menjelaskan kebenaran
berita itu.
Ingat
berita di atas bisa ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan, ayat-ayat suatu kitab,
hadits-hadits, film-film, informasi pada label makanan dan minuman, spesifikasi
hardware dan software, fashion dan sebagainya. Wallahu’alam bish-shawabi.
0 comments:
Post a Comment