![]() |
Jangan Pentingkan Logika Kita Dulu! |
Jika kita membayangkan Rabb kita dengan ukuran kita, takutnya nanti kita akan jatuh dalam suatu dosa. Kita diperintahkan untuk menyembah-Nya tanpa suatu perantara. Jadi, kita harus yakin dan percaya bahwa Allah itu berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Kalau bagian ini sih, saya nggk bisa njelasin terlalu dalam. Ilmu saya masih kurang banget. Alangkah baiknya, Anda tanyakan ini kepada ahli ilmu tauhid.
Kita tahu bahwa kita adalah orang muslim. Kita tahu bahwa kita memiliki dua buah pedoman hidup yang bila kita amalkan akan menjadikan kita pribadi muslim yang luar biasa hebat. Padahal ada sebagian isi dua pedoman tersebut bila kita logikan dengan logika kita sebagai manusia, kita akan merasa tidak percaya bahwa itu benar. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Al Qur’an itu turun bukan untuk menyusahkan manusia dan Hadits Nabi sebagai penjelas dari Al Qur’an karena sesungguhnya perilaku Nabi adalah Al Qur’an. Nah, berarti, isi Al Qur’an itu sesuai dengan fitrah kita. Maksudnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan fitrah kita. Nah, Nabi aja bisa mentadaburi atau menerapkan isi Al Qur’an, masa kita yang merupakan satu unsur ciptaan dengan Nabi, yaitu tanah nggak bisa. Memang bukan perkara mudah mentadaburi isi Al Qur’an walaupun kita berada di zaman yang serba canggih ini. Kita harus tahu bahwa zaman canggih mengharuskan kita untuk apa? Mengharuskan untuk berbuat kebaikan atau keburukan? Atau malah berjalan seiringingan. Tentunya, kita ingin mengharuskan berbuat baik atau amal makruf nahyi munkar.
Janganlah jadi manusia nafsu, yang segala permasalahannya diselesaiin dengan emosi walaupun solusi yang dihasilkan itu adalah sesuatu yang benar. Janganlah jadi manusia akal, yang segala permasalahannya diselesaiin dengan hanya logika kita walaupun solusi yang dihasilkan itu adalah sesuatu yang benar. Namun, jadilah manusia hati, yang segala permasalahannya diselesaikan dengan petunjuk Allah. Kalau manusia di dunia ini adalah manusia hati, sudah semestinya tidak ada manusia yang rakus, sombong, khianat, pembohong, penjilat, munafik, kafir, dan sebagainya. Jadi, janganlah pentingkan logika kita dulu.
Wallahu a’lam bish-shawabi.
By: Mukhammad Reza Prasetiyo
0 comments:
Post a Comment