Kita sebagai seorang anak, selayaknya bisa berbakti kepada orang tua kita baik saat mereka masih hidup dunia maupun telah berpulang ke kampung akhirat.
Berikut ini ada beberapa nasehat Luqman yang telah bergelar Al Hakim karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan hikmah kepadanya, sesuatu yang lebih tinggi dari ilmu.
Semoga bisa memberikan pelajaran bagi sahabat jashtis untuk menerapkannya di kehidupan kalian
Nasehat pertama: Jauhilah syirik
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat
yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada
Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”
Dalam hadits Bukhari,
dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqomah, dari
‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan ayat,
الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” (QS. Al An’am:
82).
Ketika disebutkan ayat
ini, para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata,
أينا لم يَلْبس إيمانه
بظلم؟
“(Wahai Rasul),
siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan?”
Lantas Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“إنه ليس بذاك، ألا (3) تسمع إلى
قول لقمان: { يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
} .
“Itu bukanlah
kezholiman seperti yang kalian sangkakan. Tidakkah kalian pernah mendengar
nasehat Lukman pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(HR. Bukhari no. 3360)
Nasehat kedua: Berbaktilah pada orang tua
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).
وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ
إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan” (QS. Lukman: 15).
Nasehat kedua ini
banyak dilupakan oleh anak-anak saat ini. Banyak yang sering menyusahkan orang
tua, membuat orang tua sedih dan menangis. Namun tentu saja ketaatan pada orang
tua hanyalah dalam perkara kebaikan dan mubah. Jika mereka memaksa untuk
berbuat syirik dan maksiat lainnya, tentu tidak boleh ditaati.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, maka
janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk
berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik)” (Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 54).
Nasehat ketiga: Setiap dosa dan kejelekan akan dibalas oleh Allah
Nasehat ini
mengajarkan agar setiap orang mengetahui bahaya jika berbuat dosa. Dan setiap
muslim harus yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Mengetahui, serta Allah akan
membalasnya. Lukman menasehati,
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا
إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي
السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ
“(Luqman berkata):
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al
Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau
seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat
ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang
diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).
Nasehat keempat: Dirikanlah shalat, beramar ma’ruf nahi mungkar dan
bersabar terhadap setiap cobaan
Allah Ta’ala berfirman,
يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)” (QS. Lukman: 17).
Ayat ini menerangkan
mengenai urgensi shalat, pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar dan perintah untuk
bersabar terhadap gangguan atau musibah. Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan
mengapa sampai tiga ibadah ini yang menjadi wasiat untuk anaknya. Yaitu karena
tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. Karena di
akhir ayat ini disebutkan, Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah) (Lihat Fathul Qodir, 5: 489).
Nasehat kelima: Ajaran adab ketika berbicara
Akhlak mulia lainnya
disebutkan dalam ayat selanjutnya,
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُصَعِّرْ
خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ayat ini mengajarkan
akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang muslim sebaiknya bersikap ketika
berbicara, di manakah pandangan wajahnya. Dalam ayat ini diajarkan agar seorang
muslim tidak bersikap sombong. Inilah yang dinasehatkan Lukman pada anaknya.
Nasehat keenam: Bersikap tawadhu’ (rendah diri)
Satu akhlak mulia lagi
diajarkan oleh Lukman kepada anaknya ketika ia memberi wasiat padanya yaitu
sikap tawadhu’ dan bagaimana beradab di hadapan manusia. Di antara yang
dinasehatkan Lukman Al Hakim adalah mengenai adab berbicara, yaitu janganlah
berbicara keras seperti keledai.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19).
Semoga nasehat
berharga dari Lukman, seorang yang sholeh pada anaknya bermanfaat bagi orang
tua dan anak. Hanya Allah yang memberi taufik. (Panggang,
Gunungkidul, 8 Rabi’uts Tsani 1435 H)
—
Penulis: Muhammad
Abduh Tuasikal
0 comments:
Post a Comment