Apa
fitrah cinta yang sebenarnya?
Kalau kita bicara tentang apa fitrah cinta
yang sebenarnya maka Allah sebutkan dalam surah Ali Imran ayat 14 yang berbunyi
:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Zuyyina
Lilnnaasi Hubbu Alsysyahawaati Mina Alnnisaa-I Waalbaniina Waalqanaathiiri
Almuqantharati Mina Aldzdzahabi Waalfidhdhati Waalkhayli Almusawwamati
Waal-An’aami Waalhartsi Dzaalika Mataa’u Alhayaati Alddunyaa Waallaahu ‘Indahu
Husnu Almaaabi.”
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Allah SWT telah menyebutkan “dihias-hiasi pada manuasia” artinya ini
adalah fitrahnya manusia cinta kepada sesuatu yang menyenangkan pada diri. Apapun
hal-hal yang menyenangkan pada diri baik itu berupa permainan misalkan senang
main game, seneng main bola, noton film dan lain lain, kemudian di perjelas “minan nisa” kepada wanita. Jadi, di
luar fitrah kalau seseorang itu mencintai sesama jenis baik itu perempuan
kepada perempuan maupun laki laki kepada sesama laki laki. Dalam batasan cinta
yang mengarahkan pada titik berhubungan secara fisik yang memuaskan syahwatnya
maka dalam islam itu dibatasi laki laki kepada perempuan dan perempuan kepada
laki laki. “Hubusyahwati minan nisa wal
banin” dan anak anak lalu semua harta benda, baik itu berupa perak, emas,
sawah, ladang, perniagaan dan lain lainya itu juga termasuk bagian dari
kecintaan fitrah bagi manusia untuk mencintai dan itu tidak dilarang. Artinya
itu merupakan fitrah bagi manusia untuk mencinta lawan jenis, materi, dan
kesenangan kesenangan lainya maka itu tidak di larang pada dasarnya cinta itu
di ftrahkan untuk semua yang sangat umum seperti ini sampai kemudian ada larangan
Allah untuk tidak mendekati hal-hal yang memang tidak boleh untuk kita dekati.
Apakah
cinta bisa berubah?
Kita katakan bisa karena cinta ini posisinya
ada di hati yang sifatnya bisa berbolak balik
jadi artinya tidak selamanya perasaan itu terus mencintai dia bisa
berubah menjadi benci dan lainya. Bahkan kemudian ada juga yang menyatakan
bahwasanya cinta itu bukan hanya sekedar kata kerja tapi juga sebagai amalan
maka ketika dikatakan oleh sahabat umar bin khatab bahwa “aku mencintaimu setelah diriku wahai
Rasull”, maka kemudian Rasulullah menegur “cintailah aku sebellum dirimu” maka sekejap itu pula umar meralat
kata katanya “aku mencintai mu sebelum
diriku” artinya disini Umar bin Khatab merubah kecintaan yang pada awal nya
kepada dirinya memposisikan Rasulullah sebagai hal yang lebih di utamakan untuk
di cintai dibandingkan dirinya. Jadi cinta memang bisa berubah misalkan ketika
kita merasakan bahwasanya ada kecintaan yang tidak pantas atau tidak pada
tempatnya maka jangan putus asa sebab pada dasarnya cinta ketika dia bertempat
di hati maka dia bisa berubah.
Apa
perbedaan cinta dan nafsu?
Kalau kita melihat dari ayat yang sudah kita
sampaikan tadi di surat Ali Imran ayat 14 dimana Allah SWT berfirman :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Zuyyina
Lilnnaasi Hubbu Alsysyahawaati Mina Alnnisaa-I Waalbaniina Waalqanaathiiri
Almuqantharati Mina Aldzdzahabi Waalfidhdhati Waalkhayli Almusawwamati
Waal-An’aami Waalhartsi Dzaalika Mataa’u Alhayaati Alddunyaa Waallaahu ‘Indahu
Husnu Almaaabi.”
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
jadi perbedaan cinta dan nafsu adalah cinta
itu bisa berupa umum bisa kesukaan kecintaan kita kepadad sesuatu tapi nafsu cenderung
mengarahkan kepada yang buruk kecuali nafsu yang di rahmati oleh Allah. Nah,
kita harus mengenal nafsu yang di rahmati oleh Allah itu seperti apa artinya
kalau cinta itu di kendalikan oleh nafsu dan nafsunya buruk maka dia juga akan
mengotori kesucian cinta itu sendiri.
Bagaimana
akibat dari penyalahgunaan arti kata cinta?
Cinta adalah sesuatu yang baik karena Allah
titipkan ke hati manusia sebagai fitrah. Dengan cinta itu pula kita bisa jadi
saling menyayangi keapda keluarga, teman, lingkungan, negeri, dan kepada banyak hal yang baik. Cinta
ini sendiri pada dasarnya adalah sebuah kebaikan namun ketika cintaitu di
kendalikan oleh nafsu dan nafsu ini adalah nafsu yang mengarahkan kepada
perbuatan yang buruk maka ketika itu pula cintanya ternodai. Jadi, ketika dia
berlindung dari kata cinta untuk membenarkan syahwat dan nafsu nya sehingga
yang terjadi adalah penodaan dari arti kata cinta.
Kenapa
pacaaran saat ini di jadikan gaya hidup?
Hampir tidak lepas dari setiap remaja yang
mengaku bahwasanya mereka jatuh cinta atau sedang mencintai sesuatu maka kita
dapati bahwasanya pelampiasanya justru padahal-hal yang buruk salah satunya
adalah pacaran. Cinta itu Allah halalkan dan Allah juga berikan fasilitas cinta
dengan cara yang baik yaitu menikah. Rasulullah SAW sangat memotivasi para
pemuda untuk segera menikah ketika telah mencapai ba’ah. Ba’ah ini adalah
kondisi dimana dia telah mampu untuk berkeluarga jadi dalam hal biologis sudah
matang maka sangat dianjurkan sekali untuk menikah. Kemudian ba’ah itu sendiri
juga mencakup sikap kedewasaan saat menikah. Bukan hanya masalah finansial saja
tapi kedewasaan dalam bersifat. Diantara dari kita juga ada yang mendapati
bahwa sebagian dari ikhwah itu ada yang menikah pada usia yang masih sangat
muda dan kadang-kadang mereka masih belum mempunyai pekerjaan yang tetap tapi
Allah tetap berikan rezeki. Nah, ini Allah katakan pada surah At Tolaq
barangsiapa yang bertaqwa maka akan Allah jadikan baginya Solusi bagi setiap
masalah rezeki dari jalan yang dia tidak duga duga artinya disini ketika cinta
itu Allah jadikan fitrah Allah jadikan sarana Allah jugalah yang akan berikan
fasilitas untuk melampiaskanya dan ketika itu di lakukan dengan kemantapan hati
dengan kedewasaan pemikiran maka Allah akan berikan jalan jalan kemudahan dan
jalan jalan keberkahaNya. Kemudian, kenapa jadinya pacarn itu menjadi gaya
hidup yang sering dapati di masyarakat? Mungkin karena sudah menjadi tradisi di
masyarakat kita untuk mempersusah pernikahan. Bahkan, mungkin dari sebagian
kita yang masih menjadi mahasiswa, atau bahkan yang sudah bekerja punya
pemikiran bahwasanya belum pantas untuk menikah kalau belum mapan, belum punya
rumah, belum punya mobil, itu juga yang
menjadi penyebabnya. Maka ketika dia telah dilanda oleh rasa cintanya pada
lawan jenis prinsip nya untuk tidak segera menikah itu menahan dia untuk melampiaskan
nafsu nya pada hal-hal yang tepat. Sehingga, jadilah dia lari ke pelampiasan
yang salah dalam menyikapi rasa cintanya. Kemudian, ada juga faktor lain
misalkan dari keluarga yang juga sering menunda pernikahan anaknya karena
adanya hal-hal yang bisa di katakan sepele seperti harus punya rumah, pekerjaan,
dan lain lain. Kemudian, yang perlu kita pertimbangkan juga adalah perkembangan
media dan hal-hal yang kita temukan di sekitar kita baik dari berupa hiburan di
televisi, sosial media, dan di media lainya yang cenderung menghalalkan bahkan
negara juga tidak melarang. Sehingga, hal-hal seperti ini dianggap sebagai
sebuah kewajaran. Kemudaian juga jauhnya umat dari ulama mereka artinya jika
negara memang tidak mengatur tetapi islam tetep di dakwahkan maka akan kita
dapati bahwa umat ini bisa diarahkan.
Jadi, salah sastu faktornya juga dimana hujaman media yang buruk terhadap umat
islam itu banyak sementara umat isalam juga jauh dari para ulama yang kita
katakan budaya pacaran ini impor bukan bagian dari budaya kita lalu kemudian di
jadikan salah satu dari budaya kita. Sehingga, kadang-kadang miris juga kita
melihat sebagian dari umat islam ini larut kedalam budaya pacaran.
Apakah
ada pacaran syar’i?
Ada ungkapan yang mengatakan Indahnya pacaran
setelah Menikah. Pacaran syar’i baru bisa terjadi ketika sudah menghalalkannya
dengan ijab qabul. Tapi, ketika pacaran dimaknai dengan pemahaman yang biasah
kita dengar dari sebagian masyarakat bahwasanya pacaran itu adalah hubungan
kedekatan laki laki dan perempuan yang dilaksanakan sebelum pernikahan maka
kita katakan pacaran ini tidak syar’i.
Apakah
yang harus di lakukan jika saat ini sedang pacaran?
Kita kembalikan ke definisi awal jika pacaran
itu di lakukan setelah menikah itu adalah hal yang baik maka teruskan bahkan
jika sekarang sedang menjalani masa masa mesranya dengan pasangan silahkan di
lanjutkan karena itu sangat baik bahkan itu sangat dianjurkan. Adapun yang
melakukan pacaran sebelum menikah maka kita anjurkan untuk segera
menghentikanya dan meninggalkanya. Jika dirasakan berat maka sebagaimana sifat
hati yang bisa berbolak balik dan cinta itu letaknya di hati maka cintapun juga
dapat berubah setiap saat. Artinya dengan cara kita membuka pemikiran kita
bahwasanya Allah dan Rasullnya yang lebih pantas di cintai dan di taati maka
InsyaAllah itu akan lebih memudahkan. Namun, bagi yang merasa kesulitan saran
saya kalaupun belum bisa meninggalkan pacaran setidaknya tetaplah mengikuti kajian-kajian
tetaplah mendengarkan nasehat para ulama, tetaplah sholat berjamaah tetaplah
puasa, tetaplah melaksanakan ibadah ibadah yang lainya khususnya disarankan dengan memperbanyak
berpuasa maka dengan cara itu mudah mudahan nantinya bisa menjadikan kita untuk
berhijrah ke jalan yang lebih baik dan
meninggalkan pacaran. Kemudian, juga yang tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana kita harus meluruskan kembali makna dari cinta itu sendiri. Ketika
kita berpacaran sebelum menikah maka perlu di pahami bahwasanya itu adalah
salah satu bagian dari melecehkan kemuliaan seorang wamita .Karena, misalkan
kita di tanya “Apakah mau mendapatkan seorang istri yang dulu pernah di pacari
oleh orang lain? Yang hatinya pernah
menyukai orang lain? Atau bahkannaudzubillah himindzalik pernah melakukan
perbuatan sampai ke tingkatan berzina?” maka sebagai fitrah, kita akan
mengatakan bahwa kita tidak mau. Maka kita bawakan pada diri kita endiri bahwa
belum tentu kelak pacar kita akan menjadi jodoh kita. Yang perlu dipahami juga
jangan sampai keinginan kita mencintai lawan jenis justru malah melecehkan
kemuliaannya melecehkan harkat martabatnya.
Penulis : Abdillah Muharam | Universitas Amikom Yogyakarta
Nara Sumber : Ustadz Irfan Idris
Pengen versi pdf nya? Temen-temen bisa download e-minimagz Garnish di www.garnish.jashtis.org
0 comments:
Post a Comment